Sabtu, Maret 30, 2013

Hotels

Note: Hotel di sini adalah hotel dalam makna sebenarnya, bukan hotel menurut artian orang keling (which mean: restaurant!:)

Setelah menikah pada 26 Agustus 2006 (tanggal sebenarnya lupa, bisa dicek di buku nikah, hehehe..), kami telah "terdampar" di beberapa hotel. Kenapa dibilang terdampar? karena memang tujuan utama ke hotel tersebut bukan rekreasi, tapi mencari tempat penginapan sementara kita ada "urusan" di kota tersebut. Tak jarang dalam satu kota bisa pindah hotel sampai beberapa kali karena berbagai alasan.

Kami telah menginap mulai dari hotel melati, hotel transit (jam-jaman) sampai hotel bintang 5 dan menerima beberapa macam pelayanan. Dan lesson to learn, hotel bintang 5 tidak menjamin pelayanan yang baik, mahal iya. Dan so far the best hotel bagi kita adalah Kajane Mua di Ubud Bali, yang "hanya" merupakan Boutique Hotel.

Saking cintanya kita dengan hotel ini sampai mengabadikan tiap detilnya dan tak henti-henti mengaguminya. Kenangan yang mengharukan dari Kajane Mua ini adalah mereka siap mengantarkan tamunya kemanapun jam berapapun dengan tujuan apapun. Layanan ini gratis untuk daerah Ubud, daerah lain ada chargenya tentunya.. maklum kan bensin mahal di Indonesia, hehehe.. Contohnya nih, karena waktu datang ke Ubud kita masih jetlag, jadi jam 12 malam WITA kita kelaparan donk.. dan ketika telpon hotel mereka langsung menawarkan untuk mengantar ke Restoran Padang yang memang buka 24 jam. Yummy,,.. dan ini bukan hanya sekali lo mintanya.. pagi, siang, sore, malam selalu tersedia. Sampai kita sungkan dan memutuskan menyewa Sepeda Motor untuk keliling Ubud, yang kadang juga pernah dilarang sama satpamnya katanya," diantar aja pak, daripada naik motor". Hehehehe..

Okay, enough chit-chat tentang Kajane Mua, sekarang list hotelnya;

1. Hotel Novotel Surabaya. 2006. Taman dan kolam renangnya bagus, makanannya lumayan.

2. Hotel dekat Hotel Tugu Malang. 2006. Hihihi.. apa sih? milih hotel ini asal aja karena mau ke kawinan sodaraku. Sampe lupa namanya.

3. Hotel Widya Kartika Balikpapan. 2006. Hotel untuk kalangan pebisnis, nama tepatnya lupa.

4. Hotel Al Massa Makkah. 2007. Katanya si bintang 4 tetapi terlihat seperti hotel melati. Yang bikin kita betah karena saat itu ada rombongan umroh dari Indonesia jadi kita juga bisa makan makanan Indonesia di situ.. hurray..:)

5. Hotel Sheraton Harithiya Madinah. 2007. Hotel Sheraton yang tidak seperti Sheraton lainnya.

6. Hotel Concord Inn KLIA. 2007. Hotel transit di KLIA. Booking hotel ini karena tiba di KLIA dini hari pukul 3 pagi.

7. Hotel Crown Princess KL. 2007. Another weird five star hotel

8. Hotel Mercure SG. 2007. Hotel bintang 4 yang super duper minimalis. Takut sekali kita makan di hotel ini karena serba pork di mana-mana. Tapi secara keseluruhan hotel ini bersih sekali dan ukuran kamarnya besar untuk ukuran Singapore.

9. Hotel Adika Bahtera Balikpapan. 2007. Hotel bintang 3 yang tidak istimewa, hanya karena dekat dengan mall.

10. Hotel Mirama Balikpapan. 2007. Hotel bintang 2. Waktu tinggal di sini karena unplanned situation. Aku sempat menikmati spa di kamar hotel dengan memanggil salon dari luar. Trus ada mbok gado-gado madura lewat hotel dan beli deh, enaknyaa... Tak lupa ada peristiwa banjir dan longsor besar di Balikpapan. One of special city for me, karena banyak makanan enak dan tingkat keamanan yang luar biasa. Bayangkan sewa motor ga pake jaminan apa-apa hanya nomer telpon. Coba kalo di Jawa??

11. Hotel Transit Juanda Surabaya. 2008. Hotel yang juelek banget, hahahaha.. sepadan lah sama harganya. No problem karena cuma sebentar dan mau mengejar early morning flight ke Lombok.

12. Hotel Sheraton Lombok. 2008. Taman dan kolam renangnya bagus, hotelnya mempunyai private beach yang bersih sekali. Tapi makanannya kurang enak. Di dekat hotel banyak restoran, dan bisa naik dokar/andong.

13. Kuta Beach Hotel. 2008. Sebenernya lupa nama tepatnya apa, pokoknya waktu itu dapat kamar seharga Rp 600.000 dengan model kamar seperti hotel melati. The worst hotel deh.

14. Al Manzil Hotel Dubai. 2009. Hotel ini bagus sekali dan feels like home. Within walking distance ke Dubai Mall. Karyawannya juga ramah-ramah dan helpfull. Ketemu beberapa karyawan Indonesia.. Halo mbak Shinta:)

15. Hotel Utami Surabaya. 2009. Yah begitulah, namanya hotel transit. Waktu itu cuma mudik berdua dengan Latifah karena suami membatalkan cuti due the emergency situation at his plant.

16. Hotel Apt Puncak Marina. 2009. Harganya termasuk murah dan bersih. Cocok untuk menginap ramai-ramai karena 3 bedroom apt cuma sekitar Rp 500.000

17. Hotel Intercontinental Madinah. 2009. Kesana waktu haji. Hotel ini kita nobatkan sebagai hotel dengan The Best Food! yay.. Pilihan menunya yang semarak apalagi hidangan desertnya. Little cakes memanggil-mangil untuk ditelan semua.. hehehe...

18. Le Meridien Apt Makkah. 2010. Bintang 4
19. Al Safwa Hotel Makkah. 2010. Bintang 5

Kedua hotel ini mendapatkan kenangan khusus di hati. Karena yang seharusnya kita menginap di Al Safwa ternyata kita dipindah ke Le Meridien yang jaraknya 2 km dari Masjidil Haram. Waktu itu berkeinginan menyenangkan hati orang tua waktu umroh dengan booking hotel yang dekat dengan Masjidil Haram, apa daya mendapatkan hotel yang jauh. Secara fasilitas, Hotel Le Meridien Apt lebih bagus karena memang lebih baru.

20. Quality Hotel Jakarta. 2010. Hotel transit di Bandara Soekarno Hatta sementara menunggu pesawat. Yang istimewa tentang hotel ini adalah kita bisa melihat pesawat take off dan landing dari jendelanya.

21. Puri Bungalows Kuta. 2010. Hotel kecil nan murah di Kuta. Pegawainya super ramah dan helpfull. Makanannya enak dan halal. Something which you don't expect much for cheap hotel. Terimakasih Bu I'a yang telah bersusah payah mencarikan hotel ini:)

22. Kajane Mua Ubud. 2010. Sudah dibahas di atas. Hotel ini menyediakan makanan halal dengan peralatan memasak dan makan yang terpisah.

23. Hotel Wisata Tidar Malang. 2010. Hotel dengan lingkungan pegunungan yang asri, tapi terlalu sepi untuk kami. However, nasi goreng dan mie gorengnya boleh diacungi jempol karena enak sekali.

24. Fendi's Guest House Malang. 2010. Hotel / Losmen yang kita nobatkan sebagai The Best Feels Like Home Hotel. Losmen ini terletak di Jalan Kawi Malang yang ramai dengan berbagai macam toko / restaurant. Lokasinya benar-benar nyaman dan within walking distance kemana-mana. Mau ke Giant Store, BCA, Bank Muamalat, Shafira, Hot Cwimie Malang yang terkenal itu, toko sepatu Donatello (yang sepatunya lucu dan murah), apotek, Depot Bok Madura yang makanannya enak-enak dan lain-lain tinggal jalan. Bagi arema mungkin lebih tau "isi" Jalan Kawi seperti apa. Hotel ini adalah rumah kuno yang bagian belakangnya disulap menjadi losmen dengan menambah pavilyon-pavilyon. Ada berbagai macam barang antik di sana, macam piano, radio, TV, dll. Walau memang pegawainya kurang ramah tapi tidak menjadikan masalah yang cukup berarti karena mereka cukup tanggap. Tarif di hotel ini adalah Rp 250.000 , Rp 280.000 dan Rp 350.000 , sesuai dengan ukuran kamarnya. Losmen ini tidak menerima pasangan yang bukan Mahram.:)

25. Hotel Pajajaran Malang. 2010. Hotel yang terletak di pinggir jalan Malang Surabaya, hotel melati dengan wifi. Nasi gorengnya enak walaupun tidak ada isinya selain nasi.

26. Hotel Cepu Indah II Cepu. 2010. Another hotel melati yang bersih.

27. Ekim Apartement. Istanbul. 2010. Apartemen kecil dan bersih di daerah Sultanahmed. Lokasinya sangat strategis dan harganya murah.

28. Sheraton Hotel Bandara. Cengkareng. 2011. Hotelnya sudah tua dan bau kayu basah. 

29. Apartement Hotel tua di Deira, Dubai. 2011. Sangat tua, dapat hotel ini karena pilihan lainnya habis. Lokasinya sangat oke karena dengan dengan stasiun Monorail dan restoran-restoran

30. Family Guest House, Surabaya. 2012. Guest House yang nyempil di Kertajaya, dengan tarif murah Rp 300rb per malam. Lumayan lama di sana sekitar semingguan untuk menunggu papa yang opname.

31. Citihub Panglima Sudirman. Surabaya. 2012. Hotel budget yang baru dan bersih. Terletak di samping Radio Istara. Pake kasur King Koil, super nyaman.

32. Hotel Bisanta Bidakara. Surabaya. 2012. Hotel tua, kasurnya sudah sangat tidak nyaman.

33. Hotel Transit Bangkok. 2012. Hotel yang ala kadarnya sekali, no food dan jauh dari keramaian.

34. FM 7. Cengkareng. 2012. Hotel dekat airport. Suka hotel ini karena makanannya dan kamar yang luas. Kolam renang pun ada 3 macam, panas dingin dan sedang. Menyempatkan diri untuk pedicure menjelang check out dengan terburu-buru

Okey sekian sharingnya.. Nanti akan ditambahkan kalau ada review hotel lain..:)

(updated on 9 April 2013)

Jumat, Maret 29, 2013

I'm Back!!

Assalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh..

*sapu-sapu bentar yaa*

Hahaha.. wah lama banget gak ngeblog.. Terakhir ngeblog 24 November 2010.. It was more than 2 years ago.. Where have I been??

Well.. Quick update yaa.. Alhamdulillah 1 April 2011 baby No.2 lahir.. si Fatimah Zahra.. yang sekarang hampir 2 tahun.. dan sudah berhasil disapih dalam 2 minggu ini.. Perkembangan Fatimah aka Fatumi ini relatifah tenang.. Tidak seperti kakaknya yang sakit-sakitan (blame it on Formula & Nursery!!), dia alhamdulillah dikaruniai kesehatan yang lebih. Cumaaa.. she's underweight.. dalam artian Berat dia memang di bawah chart pertumbuhan bayi ASI WHO (ada beberapa chart yang digunakan memang). Tinggi badan masih masuk chart. Anyway.. setelah disapih dalam 2 minggu ini beratnya langsung naik 0.5kg.. Hobi Fatumi ini adalah hambur-hambur.. tingkat tinggi.. You name it.. Kertas, pulpen, pensil, laban, susu, air.. makanan.. dihamburkan semua.. Emaknya sering stress karena ini.. Untungnya masih enak diciumin jadi kalo sebeeeel gitu.. diuyel-uyel sampe puas.. hehehe...

Mulai suka Baking.. Hobby ini dimulai sejak kehamilan Fatimah.. Akhirnya mulai beli-beli lah peralatan Baking.. KitchenAid so far is my fave kitchen appliance.. Punya Standing Mixer dan Food Processornya.. sama prentil-prentil kecil. Sneak peak dari hasil baking http://www.facebook.com/media/set/?set=a.10150773045013226.407003.626303225&type=3 . Sebenarnya malu juga majang hasil karya.. soalnya dibandingkan ibu-ibu Doha lainnya hasil karyaku masih amateur banget.. Tapi bangga boleh donk.. hasil karya dari seseorang yang hobinya nonton MotorGP jadi berubah haluan.. Sekarang malah kalo ditanya tentang MotorGP gak ngerti blas.. Maklum diriku ini penggemar Michael Doohan.. (hahahaha.. ketahuan umurnyaaah)




Trus..trus.. karena jadi Ibu Rumah Tangga.. jadinya ya demen mengumpulkan perkakas dapur doonk.. Peralatan yang paling favorit untuk masak adalah Pisau!! Sudah punya Wusthofs 1 set, beberapa pisau dapur warna warni dari Victorinox, dan Henckels (latest addition: Pisau Tupperware!! hahaha).



Dan karena belum punya Pressure Cooker.. akhirnya beli Kuhn Rikon.. yang dinobatkan sebagai The Mercedes Benz of Pressure Cooker by New York Times.. Kenapa gak pilih Fissler atau Tefal (kalo di Indo udah punya yang Maspion :) ? Yaa.. karena approval dari Kepala Rumah Tangga.. hehehe.. Kenapa harus milih Kuhn Rikon siik? Bukannya merk lain banyak.. Naah.. sebelum beli ya riset dulu.. Dan memang sesuai dengan review.. Pressure Cooker ini enteng, TIDAK BERISIK, TIDAK BERUAP dan TIDAK BAU. Apinya cuma perlu keciiiil.. gak seperti pake panci presto biasa yang pake api besar all the way from start sampai akhir. Ini cuma perlu api medium untuk menaikkan tombolnya itu.. habis itu apinya super kecil. Kalo apinya gak dikecilkan, maka uap akan terus-terusan keluar dan over pressure. Makanan pun dimasak dengan cepat, tidak perlu air banyak layaknya panci presto biasa. Reccomended deh:)). Oiya beli Kuhn Rikon ini di Lakeland City Center, dapat garansi seumur hidup dari Lakelandnya..
Bamix di foto itu apaan? Itu adalah attachment handblender yang superpower.. Jadi udah punya blendernya (beli di Tavola kayanya), trus beli attachmentnya ini buat shredding sayuran dan blender makanan jumlah kecil. Kalo pake KitchenAid kegedeaan.. cocok kalo buat bikin bakso.

Segini dulu deh acara pembukaannya.. Some people may wonder why I choose the best quality for kitchen appliance (mungkin lebih suka koleksi tas, make up, sepatu.. hehehhe).. Yaa.. karena sebagai IRT memang banyak kerjaan di dapur. Gak punya pembantu.. Jadi masak harus cepat.. Bayangin kalo udah buru-buru antar jemput sekolah, nyapu trus mau potong wortel aja pisaunya gak tajam.. extra effort jadinya. Dan menurutku semua barang yang dibeli ini terpakai semua dengan kualitas yang sempurna.. Jadi so worth it. Dan suami pun tak sayang untuk memberikan approval.. karena beliau juga suka masak (sebenarnya), jadi tau kalo pake peralatan yang bagus itu akan mendukung sekali kegiatan di dapur. Trus apa jadinya aku memasak tiap hari?? tentu TIDAAAK.. hahahaha.. biasanya masak besar di hari-hari tertentu dan masuk freezer. Misal bikin macam-macam bakso, bawang merah tumis, presto babat & kikil, dll.. Jadi tinggal dikemas per porsi.. Kalau masak tinggal cemplung-cemplung and within 15-20 minutes all ready jadi Bakso Kuah, Soto Babat, Soto Kikil, Lodeh Iwak Pe, dll..

Wassalam..:))

Rabu, November 24, 2010

Turkey : Travelling on Budget with Toddler

Bisakah dilakukan? Alhamdulillah bisa dan kami telah berhasil melakukannya pertengahan November kemarin.

Budget travelling sekarang bisa dilakukan dengan mudah dari Doha-Qatar karena banyaknya budget airlines yang melayani beberapa rute. Untuk tujuan Istanbul, Turkey, tercatat ada Flydubai, Jazeera Airways, dan Air Arabia. Namun berdasarkan survey pada bulan Agustus 2010, pemenangnya masih Flydubai dengan harga tiket termurah, "hanya" QR 1200 per orang. Sementara budget airlines lain masih di kisaran QR 2000 per orang. Harga tiket segitu hampir sama dengan tiket Gulf Air Doha-Jeddah.

What does budget airlines offer? Seperti halnya Air Asia, kita di sini hanya membeli kursi dan untuk Flydubai (flydubai.com), juga berhak mendapatkan hand carry seberat 10kg. Bedanya dengan Air Asia yang menambahkan surcharge dan mungkin fuel, Flydubai lebih transparan karena hanya menambahkan tax yang cukup kecil. Harga bagasi per 32 kg pertama juga hanya QR 50. Untuk memilih seat, mulai dari harga QR 5 – QR 60 per seat. Tips agar cepat keluar dari pesawat bisa memilih seat yang paling depan atau belakang, karena kedua pintu tersebut dibuka. Kecuali waktu berangkat pertama dari Doha ke Dubai hanya pintu depan yang dibuka karena pesawatnya kecil. Hal ini bisa menjadi pertimbangan karena membawa toddler berarti membawa hand carry yang berat. Jangan lupa nama orang yang tertera pada kartu kredit untuk membayar pesawat harus ikut serta dalam penerbangan. Hal ini cukup remeh tapi sering menjadikan masalah bagi orang Indonesia, karena memang tidak membaca peraturan, atau menganggap remeh yang bisa menjadikan masalah sewaktu check in pesawat.

Harga total untuk kami bertiga (anak juga dihitung tariff dewasa) dengan memilih seat seharga QR 20 dan QR 5 serta bagasi total 64kg senilai QR 100 adalah QR 4000. Ternyata jadwal keberangkatan Flydubai tidak nyaman, pukul 03:20 dini hari waktu Doha. Karena itu kami memilih tidur di rumah, dan baru pukul 00:00 AM minta dijemput taksi Limousine Fox. Taksi ini sudah kami booking 2 hari sebelumnya dan memastikan lagi sore hari sebelum berangkat. Taksi datang on time dengan tariff tidak mahal, hanya QR 40 dari Dafna ke Airport. Sebenarnya tetangga menawarkan untuk mengantar, tetapi dikarenakan jamnya yang tidak manusiawi maka dengan halus kami menolak.

Untuk hotel, kami memilih di area Sultan Ahmet (Kota Lama) yang merupakan area dengan obyek wisata terbanyak. Hotelnya pun sengaja memilih hotel apartment karena kami merencanakan akan tinggal selama seminggu, untuk memudahkan memasak makanan kita dan tentunya si kecil. Kami memilih hotelnya dari website booking.com . Di situ kita bisa menyortir hotel-hotel di kota Istanbul (dan kota lainnya di dunia), mulai dari daerah yang dituju (dalam hal ini Sultan Ahmed), type hotel (dalam hal ini apartment), dan range harga yang kami pilih dari terendah dulu.
Booking.com tidak memerlukan pembayaran di muka, hanya kita wajib memberikan nomer kartu kredit untuk jaminan. Bila tidak menyukai hal ini, kita juga menghubungi hotel yang kita pilih secara langsung dan menawarkan membayar melalui TT (Telegrafic Transfer) untuk deposit 1 malam.

Mata uang yang digunakan di Turkey adalah Lira (YTL), dengan exchange rate sekitar 1 YTL = QR 2.54. Sebelum ke Turkey, karena kami tidak mempunyai waktu untuk pergi ke Money Exchange besar maka kami hanya menukarkan QR ke Euro dan ternyata juga mendapat rate yang jelek. Waktu kami di Istanbul dan kehabisan cash, kami mengambil dari ATM booth yang berisi ATM berbagai macam bank international (antara lain HSBC) dan mendapatkan rate yang lebih bagus, baik untuk Lira atau Euro nya. Sementara di money exchange di daerah Sultan Ahmed yang paling murah adalah di Grand Bazaar. Ada beberapa yang mengambil komisi ada juga yang tidak. Untuk persiapan sebaiknya dari Doha disiapkan beberapa Lira untuk kemudahan bertransaksi.

List hotel yang kami dapatkan yang kira-kira memenuhi budget kita baca satu-per satu reviewnya, dan cross check dengan review yang ada di tripadvisor.com. Baru setelah itu membuka website dan menghubungi manajernya langsung untuk menanyakan lebih jelas lokasi dan lain-lain yang penting bagi kami (dalam hal ini kami menanyakan jarak hotel dengan tempat wisata dan Rumah Sakit).

Setelah memilih, kami memutuskan untuk menginap di Ekim Apartment (ekimapart.com). Apartment hotel ini berciri khas bangunan Turkey di Sultan Ahmet, yaitu bangunannya kecil meninggi. Apartement hotel ini hanya mempunyai 5 flat yang mulai dari basement sampai lantai 3 yang mempunyai balkon, sehingga bisa makan di situ sambil menghadap di Laut Marmara. Tiap flat mempunyai dapur dan kamar mandi sendiri, dimana dapurnya peralatannya lumayan lengkap mulai dari panci-panci sampai juicer. Tarifnya menurut kami murah sekali karena untuk tinggal selama 6 malam hanya 290 Euro / QR 1450, atau sekitar 48 Euro / QR 241 per malam. Di Doha sendiri kok rasanya belum pernah menemui ada hotel dengan tarif tersebut.

Konsekuensi dari pemilihan budget airline dan budget hotel adalah Cancellation Policy-nya. Untuk airlines biasa, cancellation policy-nya hanya dengan membayar QR 100 – QR 500 per orang. Demikian juga dengan Flydubai hanya dengan charge QR 100. Namun tiketnya tidak bisa diuangkan dan hanya bisa dikembalikan berupa voucher senilai harga tiket dikurangi QR 100 yang berlaku untuk 1 tahun.

Sementara untuk Ekim Apart ini, cancellation policy-nya lebih kurang sebulan sebelumnya harus memberi tahu, dan kena charge 1 malam, lebih dari itu hangus lah uang kita selama masa tinggal.

Sebenarnya kalau bepergian dengan toddler, lebih disarankan untuk memilih airlines dan hotel yang tidak "budget" karena cancellation policy-nya lebih mudah. Dikarenakan sifat anak kecil sendiri yang gampang sakit yang kadang membuat kita untuk menunda bahkan membatalkan perjalanan. Tetapi karena kita waktu itu tidak mempunyai pilihan lain, harus memenuhi "syahwat travelling" sementara budget minim, maka mau tak mau kita harus berbudget travelling-ria. Apalagi tahun depan Insya Allah sudah ada baby yang tidak memungkinkan untuk travelling lagi sampai baby berusia 1.5 tahun lebih agar pertahanan tubuhnya sudah kuat.

Biaya hidup di Istanbul relative sama dengan Doha, sehingga kami tidak mempersiapkan dana khusus untuk keperluan konsumsi selama liburan. Kami sudah biasa jajan di Doha, dan sengaja membawa rice cooker, jasmine rice dan bumbu instant Indofood untuk memasak minimalis.

Pada saat tiba di Turkey, kami minta dijemput private shuttle seharga Euro 50 untuk 1 mobil, 1 jalan. Mobilnya bisa untuk 8 penumpang, cocok untuk keluarga besar. Ada pula shuttle yang umum, yang tarifnya lebih murah Euro 12 per pax. Kami menggunakan shuttle umum ini untuk kepulangan ke Doha. Shuttle ini bisa direquest langsung dari agen atau minta tolong hotel untuk mengatur. Karena kami tiba dengan budget airline, maka airportnya adalah Sabiha Gokcen yang terletak bagian Asia-nya Turkey. Seperti yang kita ketahui bahwa Turkey terletak di 2 benua, Benua Asia dan Eropa yang dipisahkan oleh Selat Bosphorus. Daerah wisata Sultan Ahmet terletak di bagian Eropa.

Pertama datang kami berharap bisa langsung cek in, tapi apa daya apartmentnya masih dibersihkan karena masih jam 12:00. Juga karena jadwal cek in memang seharusnya pukul 14:00. Akhirnya kami menunggu di restoran China dekat apartment. Harga makanan di sini relative lebih mahal daripada makanan Turkey, bisa dipahami karena bahan-bahannya harus impor dan tempatnya memang bagus dan besar.



Selesai makan kami kembali ke apartment dan dimulailah petualangan di Istanbul.

Hari itu yang saya pikir bisa beristirahat karena kecapekan early flight-nya, apa daya anak saya, Latifah malah minta jalan-jalan. Yeuuk, akhirnya malam hari kita keluar dan jalan-jalan menembus dinginnya malam Istanbul. Suhu mungkin sekitar 14 derajad (menurut prakiraan cuaca), beruntunglah kami sudah menyiapkan mantel dan pakaian hangat. Suasana di luar ternyata masih ramai, kentara sekali kalo Sultan Ahmed ini daerah wisata karena turis dimana-mana dan banyaknya restoran / café yang penuh dengan pengunjung. Kami menengok sebentar Grand Bazaar dengan keperluan utama menukar uang dan jajanJ. Ada banyak penjual shawarma dan Jus Delima Segar.

Harga sandwich (atau di Doha biasa disebut Shawarma) bervariasi antara YTL 3-10 per porsi tergantung tempat penjualan. Tentunya Shawarma di café, apalagi dengan pemandangan Selat Bosphorus harganya lebih mahal. Sementara Jus Delima segar harganya YTL 5. Dalam perjalanan pulang anak saya tertidur di strollernya. Oiya, travelling kali ini saya membawa stroller MacLaren yang ringan dan kuat. Dan Alhamdulillah terbukti untuk perjalanan yang kesekian kalinya dan menanggung "beban" yang berat (selain berat Latifah adalah diaper bag dan tentengan belanja) stroller tersebut masih utuh.


Hari kedua di Istanbul saya masak nasi goreng ala Indofood di apartment untuk sarapan. Sempat membeli sosis (YTL 3) dan ayam (YTL 2.5) tadi malam untuk aksesoris. Tak lupa telur dan minyak gori.nPrejalanan kami mulai ke Blue Mosque yang hanya sekitar 10 menit jalan dari apartment. Kemudian kami nongkrong di taman dekat Blue Mosque yang menghadap Haga Sofia. Latifah asyik bermain dengan burung, melihat air mancur atau sekedar berlari-larian. Cuaca sangat indah dan tidak terlalu dingin karenanya mantel dan jaket sudah kami lepas. Di sana saya membeli jagung rebus, jagung bakar, kacang Kestane bakar (chestnut?) dan bagel keras a la Turkey. Tak lupa jus delima segar. Hehehe.. banyak juga ngemilnya, tapi kan dimakan berdua dengan suami (alasanJ . Harga jajanan itu berkisar YTL 1 – 1.5. Kacang Kestane diitung per 100 gram YTL 3.5 .

Di dekat taman ini ada ATM booth berbagai bank internasional serta toilet. Cocok untuk wanita hamil seperti saya. Ada station tram "Sultan Ahmet" yang cara naiknya menggunakan koin yang disebut Jotun. Harga 1 koinnya YTL 1.75. Tapi kali ini kami tidak naik tram dulu, tapi menyusuri jalanan tram ke arah Grand Bazaar. Jalanannya bersih sekali dengan resto dan café di sekelilingnya. Orang-orang berjalan cepat, tapi tidak secepat orang Singapore. Yang sedikit mengganggu saya adalah banyaknya orang yang merokok di café (outdoor). Sudah kebiasaan di Doha bersih dengan lingkungan asap membuat saya sering menutup hidung ketika nongkrong.

Station tram setelah Station Sultanahmet adalah Chamberlitas. Nampaknya di sinilah tadi malam kami jalan karena juga merupakan pintu masuk ke Grand Bazaar. Sementara Station Tram Grand Bazaar (setelah Chamberlitas) sendiri lebih besar dari 2 station tram sebelumnya. Tidak usah khawatir tersesat di Sultanahmet karena semua orang di sini baik hati dan bersedia menunjukkan arah walau dengan bahasa Tarzan. Rute tram pun terpampang dengan jelas di tiap station dan bahkan peta Istanbul dan brosur-brosur banyak tersedia di apartment kami.


Hari ketiga kami akhirnya naik tram menuju Kabatas. Kabatas ini adalah station terakhir dan kalau ke Taksim Square harus menggunakan subway. Taksim Square adalah pusat bisnis di Istanbul. Di situ bisa kita temui branded stores selayaknya di mall. Tentu saja saya tidak tertarik untuk nengok took-toko itu. Di Doha lebih banyak dan lebih murah. Tapi tetap saja waktu melihat ada UGG Boots sedang sale menjadi YTL 129 (kurleb QR 323) ikutan nengok walau ga jadi beli. Salah satu "alasan" adalah Winter di Doha yang tidak begitu dingin. This time benar-benar Travelling on Budget!

Dari Taksim kita menggunakan taksi untuk menuju Dolmabahce Palace dengan ongkos YTL 10. Setelah sholat di Masjid Dolmabahce mulailah suami antri untuk membeli tiket. Harga tiket YTL 15 untuk istana dan YTL 20 untuk istana dan Harem. Di sinilah ruginya kalo travelling sendiri karena karena kalo travelling dalam grup (guided tour), mereka telah reservasi tiket di awal jadi tinggal masuk tidak pake antri. Mungkin ada 30 menitan setelah itu baru masuk kawasan Istana yang indah dengan pemandangan Selat Bosphorus. Untuk masuk ke dalam istana sendiri petugas istana mengharuskan kita antri lagi dan harus memakai sandal dari tas kresek yang memang sudah disediakan untuk melapisi sepatu/sandal kita.


Setelah kecapekan keliling istana maka kami pun nongkrong di café antara istana Dolmabahce dan masjid Dolmabahce sambil minum teh dan sandwhich. Rasanya tidak begitu impressive tetapi pemandangan Selat Bosphorus memang tidak pernah mengecewakan. Banyak pasangan romantis yang ikutan nongkrong, benar-benar membuat suasana menjadi syahdu dan membuat kita merasa jatuh cinta (kembali) ke pasangan kita. Hiyaaat!! Ciaaa!! Hehehehe… Sayang seribu sayang banyak asap rokok yang berbahaya untuk kesehatan bumil.

Akhirnya kita menyudahi jalan-jalan hari itu dengan naik taksi kembali ke Sultanahmet. Negosiasi awal setuju membayar YTL 15. Tapi ketika kita bayar YTL 20 sopirnya mengembalikan YTL 7, kebanyakan katanya. Subhanallah, heran sekali kita. Belum pernah ada cerita sopir taksi yang mengurangi harga, biasanya malah minta tips. Di Doha malah ada sopir taksi yang mengeluh karena hanya diberi tips QR 1. Hmm..

Kita melaksanakan sholat Eid di Blue Mosque. Sholat dimulai pukul 07.30an waktu setempat karena memang matahari terbit pukul 07.00. Dari jauh kita jalan tergesa-gesa karena sudah mendengar khutbah, separo hati rasanya karena sudah ketinggalan sholat. Tapi ternyata pada saat kita di dalam masjid masih belum dimulai sholatnya. Tatacara sholatnya pun berbeda, sampai saya keteteran mengikutinya. Wallahu 'Alam. Di dalam masjid itu pula saya bertemu teman haji sehamlah tahun kemarin, orang Malaysia. Subhanallah, haru sekali rasanya karena tahun kemaren bersama-sama berjuang menjalankan ibadah haji, tahun ini tiba-tiba dipertemukan kembali.

Sore harinya kita berencana untuk mencoba Bosphorus Cruise. Harga tiketnya cukup rasional, YTL 15 (QR 38) untuk 2 jam lebih cruise melintasi selat Bosphorus. Tur dimulai di Eminou pada pukul 14.30 yang bisa dicapai via Tram atau taksi dari Sultanahmet YTL 10. Tur ini benar-benar worth it dengan pemandangan Selat Bosphorus yang indah di kanan kirinya. Cruise shipnya juga cukup besar, ada 3 lantai, sofa yang empuk dan cafeteria di dalamnya. Tentunya kalau kuat dingin lebih baik nongkrong di dek paling atas untuk melihat pemandangan secara maksimal. Waktu turun dari Cruise Ship saya mencium bau amis ada apa gerangan. Ternyata dari kios penjual sandwhich ikan panggang. Karena tertarik dengan keunikannya maka kami pun mencoba,walaupun saya bukan penggemar ikan. Tapi ternyata rasanya enak sekali dan unik, tanpa ada jejak amis sedikitpun. Ekmek Balik namanya. Die die must try kalo ke Istanbul.

Grand Bazaar dan resikonya. Kalau mau mencari oleh-oleh atau pernak pernik khas Turkey, jangan langsung membeli di Grand Bazaar. Coba survey dulu toko souvenir di sekeliling tempat wisata yang biasa menjual dengan harga pas. Jangan pernah tergoda dengan barang yang dijual dengan harga tidak pas karena akan sangat menipu sekali. Salah satu toko yang menjadi kunjungan kami baik sebelum maupun sesudah Grand Bazaar adalah toko souvenir di deretan Blue Mosque yang bernama Hypodrome. Pemiliknya cantik-cantik (seperti halnya gadis Turkey yang lain) dan yang paling tua bernama Leyla. Di toko itu souvenir yang dijual dengan harga YTL 10 ditawarkan di Grand Bazaar YTL 25, bedcover cantik YTL 150, sementara di toko souvenir dekat Topkapi Palace ditawarkan YTL 900. Saya bayangkan kalo misalnya kita berhasil menawar bedcover separoh harga YTL 450 masih jauuuuh dari harga aslinya. Bila suka terhadap suatu barang, tahanlah diri karena kemungkinan besar 95% dijual di tempat lain. Setidaknya itu yang terjadi pada saya. Maka dari itu berhati-hatilah dan bila merasa sudah melakukan penawaran terbaik tetapi ternyata masih ada toko lain yang menjual lebih murah, ikhlaskan saja. Jangankan di Istanbul, di Bali saja saya tertipu membeli gelang perak, dari harga Rp 900ribu saya tawar dengan susah payah jadi Rp 400ribu, ternyata di pusat oleh-oleh di Denpasar gelang tersebut Cuma Rp 350ribu, harga pas tanpa gontok-gontokan.

Tur selanjutnya adalah Topkapi Palace tour. Harga tiket YTL 10 untuk Istana dan YTL 15 untuk Harem. Di sini kita bisa melihat hadiah-hadiah antar para raja jaman dulu, tongkat dan pedang Nabi Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya dan tentunya istananya itu sendiri. Ada café Konyali di situ yang sudah dibangun sejak 1891, yang merupakan bangunan terakhir di Topkapi Palace sebelum pindah ke Dolmabahce Palace.


Apakah Harem itu? Baik di Dolmabahce maupun Topkapi ada tempat yang dinamakan Harem. Ini diambil dari kata Haram / terlarang. Harem adalah bagian dari Istana khusus untuk raja, para istri,keluarganya dan budak-budak perempuan yang terkenal dengan istilah "gadis harem", dimana tempat itu haram/terlarang untuk dimasuki orang lain kecuali orang yang diberi ijin khusus.

Basilica Cistern. Ini adalah tempat penampungan air sejak jaman dulu, yang menurut saya kurang impressive karena gelap dan harus turun naik tangga karena memang letaknya di bawah tanah. Entahlah mungkin saya sudah terlalu capek sehingga kurang menikmati. Di sini juga bisa foto dengan busana tradisional Turkey. Banyak ikan besar-besar di "kolam"nya.

Sayang sekali karena saya kelelahan kami memutuskan untuk tidak mengunjungi Hagia Sofia. Padahal dekat sekali dengan Blue Mosque dan Basilica Cistern. Mungkin lain kali.

Total biaya dalam travelling kali ini adalah QR 7500 untuk pesawat, hotel dan makan sehari-hari, baik memasak sendiri atau jajan di luar. Dan sejujurnya walau saya tiap hari masak tetapi tetap lapar mata kalo melihat jajanan di luar. Setiap kali nongkrong bisa habis YTL 10 – YTL 25 (QR 25 – QR 63), yang menurut kami cukup normal untuk berdua karena di Doha pun biasanya juga segitu habisnya, bahkan mungkin lebih kalo jajan di warung Indonesia, hehehe.. Dalam sehari bisa 3 kali nongkrong karena memang saya sering kecapekan dan butuh tempat istirahat dan toilet.

Jadi budget di sini tidak mengurangi makanan karena kalau menurut kami travelling on diet sangat tidak sehat karena kita membutuhkan banyak energy untuk jalan dan ada kemungkinan sakit kalau kita menahan lapar.

Untuk oleh-oleh memang tergantung dari individu masing-masing karena itu tidak saya hitung dalam total spending. Dan saya juga sama sekali tidak membeli barang branded di sini karena juga harganya lebih murah di Qatar (kecuali UGG boots itu mungkin, huhuhuhuhu)

So berakhirlah petualangan keluarga kecil kami yang diakhiri dengan delay di Dubai selama 3 jam dan koper hilang 1 selama 24 jam. Alhamdulillah semua sudah kembali dan kenangan di Istanbul ini benar-benar indah. Semoga next travelling bisa seindah dan seramah Turkey.

Sabtu, Oktober 02, 2010

Jodoh, Mati dan Rejeki

Hello mommies.. kali ini saya mau share cerita pengalaman pribadi saya mengenai Rezeki. Jodoh dan Mati-nya hanya untuk "teman judul" Rezeki saja, maksudnya karena sama-sama sudah ditentukan Allah SWT:)

Saya dulunya adalah working mom, dengan jam kerja yang ringan, hanya dari 8.30 - 3.30, 5 hari kerja dalam seminggu. Dalam setahun bisa mendapat max 15.5x gaji. Kami tidak punya pembantu, karena memang tidak pernah berjodoh dengan pembantu tetap, hanya pembantu part time yang datang 1-3x seminggu tergantung kebutuhan.

Anak saya lahir di Doha-Qatar, dan setelah berjuang mencari pembantu yang akhirnya tidak berhasil (tidak cocok terus) maka akhirnya saya lari ke Penitipan Anak (nursery) untuk menjaga dia selama saya kerja. Alhamdulillah nursery-nya walaupun international tetapi nanny-nya masih mengasuh dengan cara-cara Asia, karena juga nanny-nya berasal dari Filippin. Anak saya dirawat dengan kasih sayang, bahkan kalo sedang tidak enak badan nanny-nanny tersebut rela hati menggendongnya, yang bahkan ayah bundanya sendiri jarang melakukannya. Semua diaper, baju ganti, makanan dan susu saya siapkan tiap hari dari rumah untuk keperluan Latifah seharian di nursery.

Tetapi karena sejak umur 4 bulan terpapar dengan lingkungan luar, maka anak saya sering sekali sakit. Mulai dari batuk pilek biasa, infeksi telinga sampai diare parah yang disebabkan Virus Rota sampai diopname. Airmata ini sering kali tumpah saat melihat anak saya lemas, diam, sampai muntahnya berwarna hijau. Tapi tugas harus tetap dijalankan, saya harus tetap masuk ke kantor dan anak saya dititipkan ke nursery.

Nurserynya sendiri juga mempunyai nurse yang akan memberikan obat seperti yang telah kami instruksikan jadi ya memang hati saya agak tenang. Menelpon nursery untuk mengetahui perkembangan kesehatan anak tak lupa terus saya lakukan. Dan jika ada kejadian khusus, misalnya anak saya tiba-tiba demam di atas 37.8 pun saya ditelpon untuk memberi tahu atau sekedar meminta ijin untuk memberikan obat penurun panas.

Kami merasa nyaman dengan keadaan seperti ini, karena memang tidak ada pilihan lain. Merekrut pembantu juga bukan pilihan karena selain biaya perekrutan mahal, sekitar Rp 25 jt, kita juga harus "cocok" dengan pembantu yang kita pilih dengan hanya melihat foto di database di agen pembantu. Selama 2 tahun kita harus hidup dengan pembantu tersebut, cocok ataupun tidak cocok. Kecuali kalo pembantu tersebut melakukan perbuatan melanggar hukum maka tidak diperkenankan untuk menukar. So, there's no such thing as alasan "ketidakcocokan". Pengalaman masa lalu yang sudah mencoba berbagai macam pembantu adalah dengan pembantu yang sudah mempunyai visa tinggal di Qatar dengan sponsor orang lain, sehingga saya tidak terbebani biaya agensi.

Sebenarnya kalo dihitung secara umum meskipun biaya pembantu bulanan dibandingkan biaya bulanan yang kita keluarkan tiap bulan, masih lebih murah bila kita mempunyai pembantu. Tapi karena kita mempunyai masa lalu yang kelam dengan pembantu yang menyisakan trauma (haduh, bahasanya..) dan hilangnya "privacy", maka kita memilih untuk tetap bertahan dengan nursery + part time maid.

Ketika isu flu babi merajalela, semua sekolah dan nursery di Qatar menerapkan kebijakan ketat untuk mencegah penyebarannya. Antara lain melarang anak yang sakit untuk sekolah, terutama batuk pilek dengan demam tinggi, sampai ada surat ijin dokter yang menyatakan fit. Bahkan bila ada 2 bersaudara yang sekolah di tempat yang sama, dan salah satunya sakit, maka saudaranya juga tidak boleh sekolah.

Di sinilah mulai timbulnya masalah bagi kami. Karena Latifah memang sering sakit dan kadang disertai demam tinggi maka mau tak mau saya harus cuti untuk menemani dia di rumah. Saya bukan ibu yang egois. Saya memang ingin bersama dengan anak saya kalo dia sedang sakit, tapi saya juga seorang pegawai yang tidak bisa seenaknya cuti.

Sebenarnya atasan saya memberikan kelonggaran untuk saya cuti kapanpun bila anak sakit, karena memang jatah cuti saya dalam setahun ada 31 hari kerja (lebih kurang 1.5 bulan), plus cuti bersama dari pemerintah (dalam setahun ada 2x cuti Idul Fitri, Idul Adha yang lamanya masing-masing mencapai 10 hari kalender). Tetapi kalo misalnya di kantor ada hal yang urgent, maka saya juga tidak bisa cuti seenaknya.

Saat paling menyedihkan bagi saya adalah ketika saya harus tetap ke kantor, sementara Latifah sakit dan ditolak di nursery walaupun batuk pilek sudah agak reda dan tidak demam lagi. Surat dokter memang menyatakan dia harus istirahat 3 hari dan itu adalah hari ke-3. Akhirnya atasan saya menyuruh membawa Latifah ke kantor. Sementara saya mengerjakan tugas, Latifah tidur di musholla ditemani satpam kantor. Ketika dia bangun dan bosan di kantor akhirnya dia memilih untuk menunggu di mobil sambil menonton kartun kesukaannya, dengan AC menyala dan tetap ditemani satpam kantor.

Menangis hati saya waktu itu, sedih sekali rasanya melihat anak saya seperti itu. Teman-teman di facebook ada yang menghujat saya, ada pula yang ikut sedih dan menyemangati saya. Setelah pekerjaan saya selesei saya bisa langsung pulang, dan atasan saya pun turut mengantarkan ke mobil dan dia bilang sendiri ke anak saya, meminta maaf karena meminta saya untuk bekerja di waktu dia sakit karena ada masalah penting. She was just 2 years old at that time:((.

Setelah itu saya semakin berpikir keras untuk berhenti kerja, selain memang ada alasan lain. Suami dari dulu selalu mendukung saya untuk di rumah, walaupun tidak pernah melarang saya untuk kerja dan bangga juga istrinya kerja. Suami bilang, lebih baik bunda di rumah aja, kalo Latifah sakit dia ada yang menjaga.. aku jadi tenang juga di kantor.

Akhirnya setelah melalui diskusi panjang, terutama tentang masalah keuangan saya memutuskan untuk berhenti kerja. Saya berpikir, tidak mengapa tidak bisa menabung banyak, nanti setelah anak-anak sudah mandiri saya bisa kerja lagi. Tidak mengapa tidak bisa tamasya asalkan setiap tahun bisa mudik ke Indonesia (karena memang ada jatah uang tiket setahun sekali dari perusahaan suami).

Karena kantor saya adalah kantor dengan jumlah personel sedikit, maka rasa kekeluargaan itupun sangat erat. Hanya ada 1 teman saya orang Filipin yang mendukung saya resign, karena dia juga merasakan susahnya membesarkan anak, terutama ketika anak sakit. Sementara semua teman lainnya menyayangkan keputusan saya dan mendorong saya untuk mencari pembantu saja. Well, I really think finding a maid is like mencari jodoh.. Some people memang tidak ditakdirkan untuk berjodoh dengan pembantu.

Atasan saya pun memohon saya tinggal lebih lama sampai dia menemukan pengganti saya. Walaupun sebenarnya dia hanya berhak menahan saya sesuai dengan kontrak, 1 month notice, tapi atasan saya meminta saya pergi setidaknya seminggu setelah saya selesei melatih pengganti saya.

Dan mulailah saya memasang iklan dimana-mana untuk mencari pengganti, dan secara mengejutkan kami menerima sekitar 700 lebih pelamar. Mulai dari bangsa Asia Tenggara, India, Arab, bahkan bule dari Eropa dan Amerika turut melamar. Ada yang bergelar Phd, Engineer dan Chartered Accountant. Hello? Ini hanya posisi Admin Assistance di sebuah Embassy negara kecil (yang memang maju sih). Ternyata Qatar adalah Land of Hope baru.

Terus terang saya minder melihat para pelamar dan semua teman kantor juga kaget melihat banyaknya pelamar karena mereka juga punya titipan dari teman/keluarganya yang kemudian hanya saya tumpuk di meja. Saya "hanya" lulusan S1 Akuntansi Unair (dengan tidak mengurangi hormat pada almamater saya) sementara mereka dari berbagai Universitas di seluruh dunia dengan berbagai jenjang pendidikan. Saya bertanya pada diri saya sendiri, apakah misalnya di masa depan sewaktu saya "ingin" mencari kerja lagi akan bisa mendapatkan dengan mudah? Wallahu A'lam. Teman-teman kantor saya yang putus asa melihat tumpukan pelamar di meja berkata, "why don't you just stay? you're so lucky working here, look at those people struggling for better job".

The show must go on, dan akhirnya kami menemukan calon yang tepat. Dan lucunya, saya disuruh atasan untuk ikut mewawancara, serta memperkenalkan saya dan terus-terusan mengatakan pada 12 orang peserta wawancara kalo saya ini aset berharga di perusahaan, dia pergi karena anaknya, dan kami ingin orang yang menggantikan dia agar selalu kerasan dan lama kerja di sini dan bla..bla..bla.. . Fyi, saya kerja di kantor ini sudah 3 tahun, suatu rekor karena masa lalu saya yang kutu loncat tidak bisa bertahan lebih dari 1 tahun di kantor lama dengan berbagai alasan. Saya sediiiih sekali sewaktu mewawancara mereka dan memang berat bagi saya untuk meninggalkan kantor.

Dalam proses 1 month notice itu teman-teman saya semua juga menyayangkan kenapa saya berhenti kerja? (termasuk my dentist!) Sayang gajinya, kerjanya kan ga berat buktinya sering fesbukan (yeuuuuk!), dan Latifah kan bisa dicarikan pembantu dan bla..bla.. bla... Dan salah satu teman itu kebetulan juga tiba-tiba mengajak saya untuk join membuka restoran Indonesia di Qatar. Oh my God.. memang benar kalo rejeki itu tidak akan lari kemana.

Kini sudah 5 bulan saya berhenti kerja, dan keadaan Restoran kami memang juga belum begitu stabil.. kadang keuntungan banyak (walaupun bagi hasil tidak mencapai separo gaji saya dulu) dan kadang pula keuntungan sedikit sekali (yang hanya bisa buat bayar tagihan telpon). Tapi saya bahagia. Saya hanya bertugas mengerjakan laporan keuangan saja, selain sebagai pemegang saham minoritas.

Dan herannya walaupun saya tidak kerja, penghasilan restoran juga tidak bisa diandalkan (belum balik modal juga), masih jarang masak, sering jajan di luar, masih pake part time maid, dan masi nyeterikain di laundry, kurs dolar yang terus melemah (maaf, sebagai expat memang kami agak "sedih" kalo rupiah menguat) tetapi kami tetap bisa menabung. Subhanallah. Berkali-kali kami hitung secara matematika jadi bingung sendiri. How come? maaf sekali lagi, saya tidak bermaksud sombong/riya. Yang saya ingat, meskipun dulu saya berhasil menyimpan sekitar 80-90% gaji saya, tapi seringkali ada "kejadian yang tak mengenakkan" yang membuat saya merelakan sebagian atau seluruh tabungan saya. So, in the end sama saja.

Mungkin juga sewaktu bekerja saya "terlalu berlebihan" dalam berbelanja dengan alasan aktualisasi diri. Atau pura-pura jualan tas branded dari US, yang hasilnya juga buat beli tas buat diri sendiri. Sekarang saya melihat tumpukan tas (hahaha.. ga sebanyak mommies yang aktif di fashionesedaily sih) jadi bingung sendiri buat apa juga? Mau saya jual kok banyak yang bernoda susu.. hehehe.. ketahuan joroknya.

Dan alhamdulillah setelah resign dan nyantai di rumah saya bisa hamil lagi. Dan akhirnya gara-gara ga kerja, hamil dan tubuh membesar semua baju kantor saya sumbangkan ke orang-orang terdekat. Mau disumbangkan langsung ke Qatar Charity sayang karena bajunya masi bagus. Ya baju kantor saya branded semua, rata-rata dari Mango, Next dan Zara yang saya beli waktu sale. Fyi, walau branded tapi harganya jarang yang di atas Rp 200ribu. Rata-rata Rp 125ribu saja karena waktu sale memang gila-gilaan turunnya, sampe 70% bahkan 90%. (Ada yang mau nitip? Gucci bag di sini kadang Rp 2juta dapet loh, dijamin original semua, hehehe...)

Dan yang terpenting, selama 5 bulan ini Latifah hanya sekali ke dokter, itupun karena kita mau mudik ke Indonesia dan hanya untuk cek up. Kesehatan anak inilah yang paling membuat kami bahagia. Usai sudah masa-masa harus ke dokter sebulan 2x, harus menempuh 40km pp untuk ke dokter langganan.. second opinion, third opinion, kesusahan ngasi obat yang akhirnya Latifah kami biarkan saja tidak minum obat. Kadang sama dokter ga dikasi obat karena "alergi" atau malah harus minum obat secara terus menerus selama sebulan, ternyata malah cocok dengan Laserin Anak (bukan iklan). Kami berpikir betapa sedihnya orang tua yang anaknya sakit, dan harus bayar biaya dokter dan obat. Karena kami yang ditanggung asuransi kesehatan 100% saja sedihnya bukan main.

Dan tentunya selama 5 bulan ini Latifah saya "kurung" di rumah, sesuai saran big boss saya ketika farewell party di kantor (yang juga berubah menjadi promosi restoran saya karena atasan saya pesan tumpeng). Latifah pun tidak mau "sekolah" lagi, sampai pihak nursery-nya yang menelpon, ini file-nya mau ditutup atau bagaimana. Sayang sebenarnya saya sudah bayar "retainer fee", tapi kalo ingat sakitnya dia di masa lalu membuat saya keder juga untuk mengembalikan dia ke sekolah.

So the point is, bagi ibu-ibu yang merasa berada dalam kebimbangan seperti saya dulu, jangan ragu untuk memutuskan jadi full time mom. Insya Allah rejeki sudah ada yang ngatur.. selain kita mendapatkan pahala juga mendapat ketenangan batin. We must believe that.

Selasa, Maret 16, 2010

Get Dressed!!

Sebagai seorang pekerja, saya sudah biasa berpakaian rapi tiap pagi sebelum berangkat ke kantor. Meskipun punya baju seabrek-abrek, rasanya masih susah untuk memilih baju untuk ke kantor. Banyak alasannya, antara lain bajunya masih di Laundry (diseterikain), bajunya kotor semua belum dicuci (nyucinya nunggu warna yang sama biar ga luntur), baju yang sudah diseterika rapi terlalu ketat (salahkan kepada obesitas), dan for me baju ketat is big no no.

Oke, setelah 5 hari seminggu berurusan dengan baju kantor, capek dong rasanya.. dan Wiken adalah saat kebebasan untuk memilih baju semaunya. Horee.. bisa pake kaos dan jins (rok).. jilbab juga norak gak papa-papa..

Kalau pulang kerja mau langsung pergi, ga usah ganti baju lagi.. walaupun bekas seterikaan udah ga ada, tapi kan masih oke. Tinggal bawa extra diapers dan susu buat Latifah (atau baju ganti buat suami yang kalo kerja pake baju pabrik), then we all set to go.

Masalah terjadi ketika malam hari sepulang kerja kita istirahat dulu baru jalan-jalan. Rasanya cape kalo harus milih-milih baju lagi. Belum ribet ditungguin suami dan anak kan biasanya mau sholat sekalian di masjid. Akhirnya pelariannya ke .. abaya. Ato pake baju seadanya.

Nah, karena aku emang pada dasarnya MALAS, in my previous life, abaya-ku dicuci langsung di washing machine. And yes, jadinya semua bordirannya lepas. But strange enough, 2 abaya yang "njrawut-njrawut" jadi baju favorit kalo males dandan. Kainnya yang adem, dan karena sudah berumur dipake nyaman sekali. Abaya baru yang bagus, biasanya sekali dua kali pake sudah bau. Tidak menyerap keringat, dan kalo nyuci harus pake tangan (kali ini sudah sadar, ga pake washing machine nyucinya). Dan udah kadang ga sempat nyuci, nunggu minimal 2 abaya bagus baru dicuci, kemudian diseterikain di Laundry juga lama jadinya.

Tinggal dipakein abaya, pake kaos kaki, get set, and go!.

Dulu sih sudah pernah diingetin suami kalo pergi-pergi, baik jauh ataupun dekat pake baju yang bagus, alasan utamanya biar ga disangkain pembantu. Dan memang sih, ibu-ibu temenku kalo pergi ke mall, bajunya bagus-bagus semua.. tasnya juga, dan mereka tampil cantik lah. Beda sama aku yang males dandan ini (dan malas merapikan diri)

Nah mungkin karena akhir-akhir merasa capek banget, jadi biasanya pake abaya "favorit itu", tas bagus (yang gak dedel duwel), dan pake kacamata. Biasanya sih suami ga pernah komplain.

Sampai pada suatu saat kita ke City Center (sekitar seminggu yang lalu), dengan aku pake baju kebesaranku itu. Sampai Di Carrefour yang cahanya terang, suami terkejut. "Sayang, itu abayanya kok benangnya lepas semua? (njrawut-njrawut?)", tanya suamiku. Dengan kaget aku memeriksa, dan Ya Allah, ternyata memang jahitan di bordiran sudah ga karuan bentuknya. Dan aku tiba-tiba merasa MALU.. Duuuh, semoga ga ada orang yang kukenal di sini.. Hiks.. masa akuntan embassy bajunya kaya gini?, pikirku dalam hati. Dan suamiku trus bilang lagi, "Haduh sayang kalo temenku ngeliat kamu kaya gini nanti dipikir kamu ga pernah dikasi duit buat beli baju, malu dong aku". Hiks.. hiks.. semakin sedih saja rasanya.

Well.. akhirnya suamiku menyuruh beli abaya bagus lagi, katanya kalo perlu beli 4 sekalian. Dan buang aja abaya jelek itu. Hiks.. bener juga sih.. selama ada abaya jelek (favorit) itu, pasti akan kupakai terus kalo terlihat sudah rapi di gantungan. Sampai sekarang sih masih belum dibuang.. dan juga belum beli abaya lagi. Tapi kapok deh rasanya pergi-pergi kalo ga pake baju yang rapi.

Dan menjadi tersadar lagi, waktu pengajian dengan Ustadz Zainal Abidin di Dukhan kemaren, kalo Allah itu menyukai yang indah, dan kita juga harus menikmati hidup. Caranya salah satunya yang menghargai diri sendiri kali ya.. pake baju yang pantas dipakai.

Best Regards,
Shanti


Minggu, Februari 14, 2010

Haji 2009

Alhamdulillah kami pada Nov - Dec 2009 lalu telah melaksanakan ibadah haji. Plong rasanya karena kewajiban telah terpenuhi, dan berdoa agar haji kami kemaren adalah haji yang mabrur. Amin.


Sebelum berangkat banyak sekali keragu-raguan pada diriku, terutama dengan adanya flu babi dan bagaimana rasanya meninggalkan Latifah (waktu itu 22 bulan) selama haji. Seorang teman bercerita, kalo dia meninggalkan anaknya untuk umroh tetapi alhamdulillah anaknya juga gak papa, main-main terus. Katanya, Insya Allah kalo kita niat untuk beribadah maka anak pun akan tenang. Hati menjadi lebih tenang, walaupun tetap saja menangis malam-malam, membayangkan meninggalkan Latifah. Suami yang memang dasarnya tenang hanya menghibur, mengatakan Allah akan menjaga Latifah. Well.. jujur saja sebenernya tetap saja kepikiran.

Keraguan kedua adalah adanya informasi flu babi yang katanya sangat berbahaya. Alhamdulillah setelah mencari informasi kesana kemari kami yakin kalo flu babi itu tingkat bahayanya tidak separah SARS. Kami berniat memakai masker sepanjang haji nanti, setidaknya untuk mengurangi ter-ekspose dengan bakteri atau virus lain.

Keraguan ketiga adalah penentuan pelaksanaan haji di Qatar yang mendadak dangdut. Dari awal penentuan kuota sekian, menjadi hanya sekian. Tak henti-hentinya daku "meneror" Hamlah Haramain untuk menanyakan kebenaran berita pengurangan kuota. Dan akhirnya pada pengumuman pertama pendaftar haji, kita tidak termasuk. Oke, pikirku ya memang belum dipanggil. Kami tidak menaruh harapan, malah aku sibuk mencari tempat wisata lain, hehehe.. Walaupun sesekali iseng masih menanyakan ke Haramain. Mereka pun tak berhenti memberi janji " Don't worry sister, please call me back tomorrow". Dan tomorrow menjadi next week, menjadi.. taulah gimana Qatar. Yah kita ga begitu kecewa, karena memang pada dasarnya kita yakin semuanya sudah diatur.

Semuanya berubah ketika pagi hari menerima sms konfirmasi dari Komite Haji Qatar, alhamdulillah, haru sekali rasanya. Langsung semua keraguan-raguan (termasuk was-was karena meninggalkan Latifah) sirna. Yang ada harus cepat-cepat mendaftar ulang karena memang waktunya singkat sekali. Manasik haji segera diikuti lagi setelah awalnya sempat malas karena tidak terdaftar.

Dalam waktu yang sangat singkat semuanya siap. Alhamdulillah Haramain juga menyediakan manasik haji, walau hanya 2 kali pertemuan, tapi cukup menambah kepercayaan diri. Segala perlengkapan haji sudah disiapkan pula oleh Haramain. Sangat profesional.

Kembali ke Haramain. Kenapa memilih Haramain? Tak lain tak bukan karena "racun" dari sahabat tercinta, Ummu Abdurrahman, hehehe.. Beliau bercerita betapa profesionalnya Haramain, tidak akan membiarkan jamaah terlancar, dan supply makanan yang terus menerus. Beliau juga bercerita kalo Bu Nana Fajar dan keluarga waktu itu juga berhaji dengan Haramain dan kelihatannya puas (belum pernah bertanya langsung sih). Ditambah dengan pemikiran bahwa aku ga bisa cuti terlalu lama karena baru cuti Idul Fitri, dan rasanya belum siap meninggalkan Latifah terlalu lama.

Haramain menawarkan paket haji Mekkah Madinah, dengan total waktu 12 hari (yang menjadi 13 hari karena Saudi Airlines delay 5 jam). Dan iming-iming pelaksanaan haji mudah dan tersedianya makanan berlimpah membuat kita bersemangat memilih Haramain. Dan setelah diitung-itung, beda biayanya QR 4000 saja dengan haji biasa dari Indonesia.

Beberapa hari sebelum berangkat kita menerima koper hard case dan beberapa perlengkapan haji. Dan untuk mempermudah identifikasi koper, aku hiaslah koperku dengan sisa-sisa wall paper. Norak tak masalah asal eye catching:). Qtel pun berbaik hati memberikan goody bag yang isinya sleeping bag, alat manicure pedicure, tempat isi batu, sajadah travelling, dan tas tempat sandal.

H-1
Koper harus sudah diserahkan ke Bandara. Jadi kopernya berangkat duluan, dan pada hari H-nya tinggal melenggang kangkung, membawa peralatan pribadi yang bisa bisa masuk kabin. Latifah juga ikut mengantarkan kopernya ke bandara, walaupun pada saat menunggu Ali, Coordinator Haramain yang datang terlambat, dia tertidur pulas di stroller. Little does she know that tomorrow we will leave her :((. Setelah pulang dari bandara kita menemui teman suami, yang baru menginjakkan kaki ke Qatar. Dan berkelilinglah sampai hampir jam 7 malam. Padahal ada teman yang mau mengunjungi sebelum berangkat yang akhirnya harus dibatalkan karena kita masih di jalan. Mohon maaf ya bu..

Akhirnya sekitar pukul 8 malam kita menjemput teachernya Latifah, yang kita sewa untuk menemani Latifah selama kita tinggal haji. Selama haji ini Latifah kami titipkan ke sahabat kami, Mbak Tika. Pertimbangannya karena beliau mempunyai 2 anak yang seumuran dengan Latifah dan 1 anak yang sudah "lebih besar" dan atraktif yang sering membuat Latifah tertawa. Sebenarnya tetangga juga mempunyai anak yang seumuran, tapi berjauhan dengan tempat tinggal teachernya, sehingga akan kesusahan kalau tiap hari pulang dari nursery hari cari kendaraan lagi. Sementara tempat mbak Tika dan teacher hanya walking distance 5 menit.

Sementara pilihan untuk mendatangkan orang tua tidak ada. Orang tuaku sebagai PNS tidak bisa cuti lama, dan mertua sedang sakit.

Pada saat memasuki rumah mbak Tika untuk menitipkan Latifah, terasa sedih sekali dan akhirnya aku menangis. Latifah yang merasa something wrong akhirnya juga menangis kencang dan tidak mau melepaskan bundanya. Huhuhuhu.. sedih sekali. Tapi pikirku ini nanti bisa gagal rencana kalo aku ga berhenti menangis. Akhirnya setelah reda aku main-main sejenak dengan Latifah bersama teacher dan anak sulung Mbak Tika di kamar. Kemudian kita meninggalkan mereka pelan-pelan. Alhamdulillah sudah lebih plong rasanya.

Pada hari H kita berangkat dengan ceria, walaupun aku diam-diam menitikkan airmata. Ga berani menunjukkan kalo menangis takut dimarahin suami. Nanti bikin Latifah rewel katanya. Kita menuju Jeddah menggunakan Saudi Airlines. Sebenernya kita agak trauma dengan pelayanan Saudi Airlines, tapi saat ini kita tidak dalam posisi memilih juga. Jadi take it or leave it. Dan benar saja, kondisi di atas pesawat adalah free seating, yang memang sudah diinformasikan oleh Ummu Abdurrahman. Kita berniat ihram di dalam pesawat ketika terbang di atas miqot, yang diinformasikan langsung oleh pilot dan pemandu haji. Kebetulan suami memang sudah memakai baju ihram sejak di Doha, jadi di dalam pesawat tidak perlu ribet mengganti baju. Dan so far there's nothing funny happened sampai kita di Jeddah. Alhamdulillah



Di Jeddah kita menunggu kurleb 3 jam di bandara, setelah itu kita memasuki Mekkah dengan lancar.

Penginapan kami yang berada di area Azizia sebenarnya jauh dari Masjidil Haram, tapi Haramain menyediakan bus untuk transportasi ke Masjidil Haram setiap waktu sholat. Dan memang bukan penginapan bintang 5 yang disediakan, hanya flat biasa yang sharing sekamar untuk 4 orang. Haramain juga menyediakan paket haji VIP, untuk sekamar 2 orang atau sekamar untuk sekeluarga, baik di Makkah, Mina maupun Madinah. Pelayanan selama di penginapan memuaskan sekali. Penyediaan makanan dan minuman memadai, bahkan kadang berlimpah untuk jamaah Haramain, dengan mayoritas masakan Arabic dengan rasa yang lezat.



Alhamdulillah prosesi umroh dilaksanakan dengan lancar sorenya, bahkan hotel menyediakan barbershop untuk bapak-bapak yang ingin mencukur rambutnya sebagai syarat sah umroh. Malangnya nasib kami ketika selesei umroh pada malam hari restoran sudah tutup, jadi kami agak kelaparan. Untungnya ada grocery store di samping penginapan sehingga bisa membeli sekedar roti atau pop mie. Dan yang penting, hal ini tidak pernah terjadi lagi.



Pada H-1 sebelum prosesi haji, kita menuju Mina. Kita sudah mempersiapkan diri kalau misalnya harus berjalan dari penginapan, karena memang dekat dan ada informasi kalau jalanan macet. Dan memang di Mina bus tidak bisa masuk sampai depan penginapan. Kita diturunkan di atas flyover, dan harus turun menuju penginapan berjalan kaki. Backpack dan duffel bag sudah siap disandang masing-masing jamaah, tapi ternyata ada datang kuli-kuli untuk mengangkut tas-tas kita menuju penginapan, sehingga kita bisa bersantai menuruni jembatan yang sebenernya juga sangat dekat. Rombongan dipimpin oleh "kurcaci", begitu Bu Cathy menyebutnya, yang sebenernya adalah pegawai hotel yang memakai baju khusus dan membawa papan bertuliskan Haramain. Kurcaci ini yang setia memandu kami dimanapun.

Sheikh pemilik Haramain memang baik hati dan tidak ingin membiarkan jamaahnya kesusahan barang sedikitpun. Beliau selalu ada di setiap prosesi haji, dan tak segan-segan memarahi anak buahnya bila terjadi kesalahan atau bila jamaahnya "agak" kesusahan.

Di Mina ternyata tendanya modern. Berdinding triplek dan beratapkan tenda biasa. Di luar triplek juga tertutup kain yang seolah-olah bangunan yang kita tempati adalah tenda. Untuk tenda umum, masing-masing jamaah disediakan sofa bed single, sehingga walaupun berdempetan tetapi tetap ada privasi. Kondisi toiletnya juga bersih dan banyak. Hampir tidak perlu mengantri ataupun kalau mengantri hanya 1 orang. Sebenarnya saya sudah sangu Dettol Surface Spray karena membayangkan toiletnya kotor sekali. Tetapi yang terjadi hanya sempat terpakai sekali selama di Mina.



Makanan dan minuman senantiasa berlimpah, walaupun pernah makan siang datang terlambat karena listrik mati sehingga makanan belum matang, atau karena Chefnya tiba-tiba kakinya bengkak. Tapi hal itu juga tidak membuat kita tersiksa karena memang setelah makan kita mengambil buah-buahan untuk bekal agar tidak kelaparan menunggu waktu makan selanjutnya.



Pada hari H kita menuju Arafah, dan ternyata Haramain memberi kejutan yang manis buat jemaahnya. Haramain menyediakan tenda yang super besar, layaknya tenda untuk pernikahan ala Qatar, dengan sofa-sofa besar. Tak lupa ada toilet portable khusus untuk jamaah Haramain, yang tertutup dan jumlahnya tersedia dengan layak. Setelah khotbah untuk hari Arafah maka keluarlah kita untuk berdoa karena Hari Arafah adalah waktu yang mustajabah untuk berdoa.



Selepas maghrib kita memasuki bus, dan menuju Muzdalifah. Bus berjalan dengan lancar, walaupun awalnya harus berdempet-dempet dengan kendaraan lain. Haduuuh, rasanya ngeri melihat sesama bus berupaya saling mendahului di kemacetan. Di Muzdalifah bus berhenti dan jamaah sholat jama' Qashar Maghrib dan Isya, bermalam sebentar dan tengah malam kita langsung menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan umroh haji. Selesei umroh haji, rombongan kembali ke Azizia, beristirahat sebentar dan mandi. Baru pagi hari kembali ke Mina.

Di Mina kita melaksanakan prosesi lempar jumroh. Hari pertama (H+1) sepi karena kita melaksanakannya sore hari, sementara waktu yang afdhal adalah pagi hari. Kita harus berjalan sekitar 4km pp menuju tempat lempar jumroh. Jalanan lurus dan bangunan lempar jumroh sudah terlihat dari depan tenda.

Hari kedua (H+3) dan ketiga (H+4) melaksanakan lempar jumroh pada waktu yang afdhal, setelah sholat dhuhur. Amat sangat ramai sekali. Padahal bangunannya sudah bertingkat 4. Tak terbayangkan waktu orang tua melaksanakan lempar jumroh pada saat belum ditingkat. Betapa bahayanya karena jamaah dari berbagai sisi saling mendorong untuk mendekati tiang.

Hari ketiga sebagian kecil dari jamaah (termasuk kami) kembali ke Azizia, walaupun sunnahnya sampai 4 hari (H+5). Entah kenapa perutku selama di Mina upset, penuh gas sampai ke dokter 2 kali untuk diberi obat. Dan katanya sih penyakit perut kembung itu wajar sekali di kala Haji.

Akhirnya pada H+5 kami berdua memutuskan untuk sholat shubuh di Masjidil Haram. Naik taksi dari Azizia hanya sekitar SR 30. Selesei sholat shubuh, menunggu matahari terbit dan sholat dhuha kami memasuki mal di masjidil haram, untuk mencari oleh-oleh untuk tante yang kebetulan juga melaksanakan ibadah haji dari kloter bandung. Setelah itu kita berjalan kaki menuju hotel tante, yang berada lurus di terowongan depan pintu Babussalam. Alhamdulillah, dalam silaturahmi yang singkat ini tante terlihat bahagia karena ditengok keponakan.

Menjelang Dhuhur kita kembali ke Masjidil Haram naik taksi omprengan. Setelah sholat dhuhur kami memutuskan untuk kembali ke penginapan. Ternyata pada saat itu taksi semua penuh, dan tidak ada yang mau mengantar ke Azizia karena terlalu dekat. Ada yang mau pun mintanya QR 200. Akhirnya kita mencari taksi di dekat terowongan Babussalam setelah mencari di dekat Hilton tidak ada. Dan ada 1 taksi yang mau QR 50 ke Azizia. Whatta surprise. The next thing we know we were in a speeding car, without any seat belt di belakang. Si sopir ngebut ga kira-kira sampai akhirnya menyenggol mobil lain dan menyenggol orang. Astaghfirullah, dunia rasanya berakhir karena mobil pun hampir terbalik. Alhamdulillah kami masih diberi keselamatan dan sampai di depan penginapan di Azizia dengan selamat, walaupun si sopir tetep saja ngebut seolah tak kapok setelah mobilnya hampir terbalik.

Masuk ke dalam kamar tak tahan aku menumpahkan air mata ke teman Malaysia. Rasanya shock berat dan teringat jamaah haji yang ditabrak sopir tak tau diri itu, apa yang terjadi pada dirinya, apakah dia terluka atau bagaimana. Astaghfirullah.. Teman-teman berdatangan di kamar dan menenangkan diriku. Whatta a bad experience. Sampai sekarang saya trauma untuk naik taksi di Saudi. NO MORE!

Malam harinya, setelah jamaah Haramain dari Mina berkumpul, kami makan malam dulu kemudian menuju ke Masjidil Haram untuk Thawaf Wada.

Pada malam itu ramenya amat sangat. Lingkaran orang berthawaf sangat melebar dan berjalan amat pelan. Sempat terdesak oleh jamaah Turki yang besar-besar dan bahkan didesak oleh Jamaah Indonesia. Amat sangat disayangkan sekali, pada saat beribadah kok malah menyakiti orang lain, bangsa Indonesia pula. Akhirnya kami umroh di dalam bagian yang beratap, untuk menghindari gencetan dengan jamaah lain.

Keesokan harinya (H+6) kita menuju Madinah. Rasanya gembira sekali hati ini sudah menunaikan ibadah haji. Raut-raut kegembiraan juga tampak di wajah jamaah lain.

Tiba di Madinah sudah sore hari dan kami langsung cek in di Intercontinental Hotel. Sheikh pemilik Haramain tetap menemani kami dan memastikan semuanya berjalan dengan baik. Di Madinah makanannya langsung dari Hotel, jadi Chef dan pembantu-pembantunya sudah tidak ikut kita.



Setelah di Madinah 2 malam, berziarah ke Masjid Quba dan menyempatkan diri berdoa dan sholat di Raudah, tiba saatnya kita kembali ke Qatar. Sore hari kita meninggalkan hotel menuju Bandara Madinah, untuk jadwal kepulangan jam 7 malam. Sebenernya sudah lupa jam berapa tepatnya karena yang terjadi adalah pesawat delay hampir 5 jam.



Ada kejadian pukul 12 malam kita disuruh naik Cobus untuk menuju pesawat, eh ternyata di depan pintu pesawat kita ditolak mentah-mentah, katanya salah pesawat. Apa coba? hehehe.. Akhirnya kami semua kembali ke ruang tunggu lagi. Ada yang marah-marah, tapi kita malah tersenyum-senyum karena sudah menyangka kalo Saudi Airlines akan "berulah" lagi.



Akhirnya sekitar jam 2 malam terbanglah ke Doha, dan hampir shubuh kami sampai di rumah. Alhamdulillah.. lega sekali rasanya kembali ke "peradaban"

Latifah kita jemput siang hari setelah sholat jumat. Awalnya merangkul bundanya eraat sekali, sampai terharu rasanya. Duuh, begini to rasanya meninggalkan anak. Latifah juga takut melihat ayahnya karena gundul. Setelah berdiam diri selama sejam, akhirnya Latifah mulai bersuara dan gembira bersama. Alhamdulillah..:)

Ucapan terimakasih kami sampaikan kepada keluarga Om Anto / Mbak Tika, yang telah merawat Latifah dengan baik (bahkan sepertinya lebih terawat di sana deh, hehehe..), mohon maaf kalau teachernya Latifah ternyata tidak membantu banyak, malah menyusahkan. Semoga persahabatan yang indah ini akan kekal selamanya, amin..