Melahirkan anak pertama tentunya menyeramkan sekali, apalagi tidak ada orang tua yang menemani. Pada kehamilan yang lalu, Alhamdulillah aku tidak mengalami baby blues, yang ada malah HAMIL BLUES. Banyak perasaan ga jelas muncul.
Sejak awal kehamilan, aku sudah langganan website ini. Mereka mengirimkan artikel tiap minggunya, jadi perkembangan kehamilan bisa dipantau dan dicocokkan dengan website. Sampai sekarang pun aku masih menerima artikel tentang tumbuh kembang Latifah. Banyak informasi yang bisa didapatkan. Kehamilanku juga bisa dikatakan mudah sekali. Mabok hanya sekitar sebulan, ngantuknya emang agak lama, dan sempat juga curi-curi tidur di kantor (don't ask how), nyidam juga.. prasaan ga nyidam sih, biasa aja.
Secara teori sudah oke, walaupun seumur hidupku belum pernah memegang bayi merah. Dulu setiap bayi tak deketi pasti menangis, ga tau emang auraku yang kurang bersahabat atau kawat gigiku dan kaca mata yang bikin mukaku penuh dan menyeramkan. Ditambah dengan keseharianku yang memang tidak pernah berinteraksi dengan bayi. Yang ada hanya kerja, makan, jalan, kencan (uppss) dan kerja lagi. Teman-teman di kantor juga belum pernah ada yang melahirkan, jadinya aku juga kurang paham tentang etika ketika ada teman yang melahirkan.
Okelah pikirku saat itu pasti aku bisa. Aku yakin dibalik ke-macho-anku saat itu aku sudah ditakdirkan Allah untuk menjadi seorang ibu, selayaknya wanita lainnya. Dan juga aku liat di sini istri-istri perkumpulan kantor suami juga hebat-hebat. Bahkan ibu ini jauh lebih muda dari aku tapi sudah berbuntut dua. Anak yang terakhir dilahirkan di sini pula.
Hohoho... tinggi sekali sekali bahasaku. Yang ada saat itu nangis-nangis bombay sambil pelukan hampir tiap malam. Tentu saja mamaku ga tau karena memang tidak ingin membuat beliau kepikiran. Di depan beliau aku cenderung menggampangkan tentang segala sesuatu di sini, hanya karena tidak ingin beliau susah. Karena sudah tidak tau "kemana lagi harus mencari" (dinyanyikan seperti lagunya Ermi Koelit, hehehe..) karena teman-teman dekatku belum pernah ada yang mempunyai pengalaman yang sama, akhirnya aku curhat di KOKI - KOMPAS tentang kekalutanku. Alhamdulillah banyak sekali email berdatangan dari penjuru dunia untuk memberikan "keterangan".
Ternyata ibu-ibu memang hebat, ada yang punya anak pertama sambil sekolah, ada yang sambil kerja, ada yang ga bisa cari pembantu karena pembantu super mahal. Pokoknya inspiring sekali wanita-wanita tersebut. Terimakasih semuanya, terimakasih Koki. Juga pada saat setelah kelahiran, ketika ibu-ibu PKK Indoryx GTL mengunjungiku, mereka saling berbagi pengalaman mengasuh anak, akupun jadi tahu ini itu. Teringat kembali ibu-ibu di dunia lain yang telah mengirimiku email, aku jauh lebih beruntung daripada mereka. Alhamdulillah...
The point is, jangan takut untuk menghadapi kelahiran. Yakinlah kalo kamu bisa, dan minta tolonglah kepada siapapun yang sekiranya bisa dan mau menolong.
Ada satu hal yang menyebalkan dari salah seorang sahabat baikku. Dia mengalami kehamilan yang cukup membuat senewen karena nyidam macam-macam, dan tidak keturutan. Meskipun suaminya seorang chef, tapi tetap saja tidak bisa masak masakan indonesia, emang bule sih.. Jadilah dia mudik sampai melahirkan di Surabaya. Bulan kemaren ketika kutelp kutanya," Budhe (panggilan sayang) kapan balik ke Doha?" dia jawab," Sept mungkin, nunggu bayiku agak gede biar ga susah". Aku bilang lagi, "alaaa.. gitu aja kok takut, aku yang ga berpengalaman apa-apa juga bisa mengatasi sendiri (setengah menyombong, hehehe..)". Dia langsung menohokku,"Ya karena kamu TIDAK PUNYA PILIHAN". whuahahahahaha.... kasian deh gue!!!
2 komentar:
Jadi ibu itu keren ya, shan! Tapi saya gak kebayang deh punya anak pertama pdhal dinegara asing dan jauh dari keluarga..
jadi, kapan punya anak kedua?
hehe...peace!
Hahaha.. segera setelah "loop"nya di copot mbak, Insya Allah (tapi kapan loopnya dicopot??)
Posting Komentar